Limbah sawit menjadi permasalahan yang menjadi bayang-bayang produksi sawit. Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di Asia, bahkan di dunia. Tercatat dalam data Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian RI, setiap tahunnya luas dan produksi kelapa sawit semakin meningkat. Tahun 2017 luas perkebunan sawit yaitu 12, 31 juta ha dengan jumlah produksi sebanyak 35,36 juta ton. Dengan jumlah produksi sekian, tentu akan menghasilkan limah sawit yang tidak sedikit jumlahnya.

Limbah terbesar dari kegiatan produksi kelapa sawit yaitu berupa TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) (Hambali, dkk. 2007).  Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan sebanyak 22–23% TKKS atau sebanyak 220–230 kg TKKS. Jumlah limbah sawit fantastis bukan?

Baca Juga: Manfaat Arang Sekam Dalam Pertanian

Sampai sejauh ini, limbah sawit belum dimanfaatkan secara baik oleh sebagian besar Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan masyarakat di Indonesia. Sebagian besar Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Indonesia masih membakar TKKS dalam incinerator, meskipun cara ini sudah dilarang oleh pemerintah.

Alternatif pengolahan lainnya adalah dengan menimbun (open dumping), dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawit, atau diolah menjadi kompos.  Belum adanya upaya pemanfaatan secara optimal terhadap limbah sawit, maka dibutuhkan adanya inovasi teknologi untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari limbah sawit tersebut.

Atasi Permasalahan Limbah Sawit dengan Budidaya Jamur Merang

(Pemanfaatan limbah sawit sebagai media jamur merang: Khoirul Anwar)

Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur kelompok Agaricales yang dapat dimakan (bersifat edible) dan ditemukan tumbuh liar di limbah sawit, terutama pada tandan kosong kelapa sawit. Hal ini dapat digunakan untuk memanfaatkan limbah TKKS sebagai substrat budidaya jamur merang sebagai alternatif bahan pangan.

Atasi Permasalahan Limbah Sawit dengan Budidaya Jamur Merang

(Jamur merang: khasiat.co.id)

Produksi jamur merang didukung dengan permintaan pasar yang tinggi dan ketersediaan bahan baku yang melimpah. Manfaat adanya inovasi ini adalah terciptanya lapangan pekerjaan dalam mengkonversi limbah perkebunan menjadi bahan pangan. Keunggulan penggunaan limbah sawit tersebut adalah hasil produksi jamur merang 25% lebih banyak dibandingkan media jerami pada umumnya. Selain itu panen jamur merang lebih cepat dari biasanya. Hal ini sangat cocok dengan permintaan komoditas jamur yang terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan tersebut berkisar 20%—25% pertahun.