Proamanah. Sebuah program di Desa Penambangan, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Mulai berjalan tahun 2008. Saat itu, kepala desa (kades) masih dijabat oleh Mitro.

Proamanah: Program Air Minum Masuk Rumah. Memiliki tandon air yang terletak di tanah Bapak Suparno. Di Dusun Karangrejo, Desa Penambangan. Lebih tepatnya di Karangrejo utara, dekat dengan Dusun Bacek.

Proamanah
Tandon air Proamanah periode pertama tahun 2008: dokpri

Desa penambangan terkenal dengan desa kering. Tidak terjangkau dengan air PDAM. Minim sumber mata air. Terlebih di musim kemarau, paceklik air sungguh sangat menyiksa warga dan memaksa warga untuk sangat berhemat dalam penggunaan air.

Saat musim kemarau, warga biasanya mengambil air (istilah Tuban: ngangsu) di beberapa sumber air terdekat. Berbondong-bondong dan antri dengan membawa jurigen berbagai ukuran. Diangkut dengan berbagai jenis kendaraan. Mulai jalan kaki dengan dipikul hingga sepeda motor. Pemandangan tersebut masih terlihat hingga sekitar tahun 2008.

Ada juga warga yang memilih membuat tandon air pribadi maupun patungan untuk persediaan musim kemarau. Tandon tersebut diisi dengan air hujan ketika musim hujan. Jika stok air tidak cukup saat musim kemarau yang panjang, warga membeli air dari sumber air Bektiharjo. Menggunakan jasa truk tanki.

Sebenarnya, ada sumber air desa Penambangan, tapi tidak sebesar di Bektiharjo. Sumber airnya dari Sendang Penambangan. Di dusun cungkup. Dekat dengan SMP Negeri 1 Semanding. Sumber air yang kecil tersebut tidak cukup untuk mengairi seluruh warga di Desa Penambangan. Apalagi letak sendang juga berada di sisi utara Desa Penambangan. Masyarakat yang berada di Penambangan bagian selatan tentu terlalu jauh dari jangkauan sendang tersebut.

Keterpurukan air, rupanya menimbulkan ide dari desa saat itu. Dengan menyimpan air dari Sendang Penambangan ke dalam tandon dan dialirkan ke rumah-rumah warga. Pada awalnya, jangkauan air tersebut hanya sampai di dusun Karangrejo sekitar tandon saja.

Proamanah
Tandon proamanah yang dibangun periode kedua tahun 2018: dokpri

Lama-kelamaan, respon masyarakat yang jauh dari tandon juga sangat baik. Mereka juga berharap bisa menikmati air tersebut. Meski tidak gratis. Mirip dengan sistem PDAM yang dihargai per kubik.

Akhirnya di tahun 2018, tandon air ditambah lagi satu dengan posisi yang lebih tinggi. Agar bisa mengalir ke tempat yang lebih jauh. Bahkan sudah bisa menjangkau Dusun Mbuduk dan Mbonjok yang merupakan perbatasan dengan Desa Sambongrejo.

Hingga kini, Proamanah benar-benar dapat menyokong kebutuhan air warga Desa Penambangan. Tanpa harus ngangsu dengan jurigen. Hanya putar kran. Desa yang semula kering, kini bisa berpancuran air di mana-mana.

Posisi rumah warga yang nylempit sekalipun, bisa menikmati air tersebut. Bahkan yang sangat miskin juga bisa menikmati, dengan cara patungan bayar bersama tetangga terdekat.