Sedekah jelantah bukan jenis sedekah yang umum dilakukan. Apalagi jelantah merupakan bahan sisa yang sering menjadi masalah bagi kesehatan dan lingkungan. Nah, ini ada kegiatan berbasis sosial di Malang, dalam bentuk sedekah menggunakan jelantah.

Jelantah merupakan minyak sisa hasil penggorengan yang sudah berubah kondisinya, hingga disinyalir bisa menjadi sumber penyakit apabila digunakan untuk menggoreng lagi.

Produksi jelantah di Malang jelas banyak, apalagi banyak kios, warung, resto dan jenis rumah makan lainnya di Malang. Mengingat Malang merupakan kota pendidikan yang banyak mahasiswa pendatang.

Dengan produksi jelantah yang banyak tersebut, menimbulkan masalah baru. Terkait pembuangan dan pengolahan agar tidak mencemari lingkungan. Kebanyakan, masyarakat membuang jelantah begitu saja ke wastafel, saluran air, atau tempat sampah.

Padahal, jelantah kalau dibuang ke saluran air, tidak bisa larut dalam air. Malah bisa menyebabkan kerak di saluran air. Begitu juga jika dibuang ke tanah, akan mencemari tanah.

Aura negatif jelantah di Malang tersebut menimbulkan aksi dari pegiat lingkungan di Malang dalam bentuk sedekah jelantah. Mereka menampung jelantah dari siapapun baik rumah tangga, warung, kios, dll. Mereka tidak membeli maupun menjual jelantah. Murni berbentuk kegiatan sukarela.

Jelantah yang tertampang kemudian akan di salurkan ke daerah Kondang Merak, Malang Selatan yang masih minim listrik. Jelantah akan diubah menjadi biodiesel dan digunakan sebagai energi penghasil listrik.

Menurut Ibu Catur, perwakilan dari sedekah jelantah Malang yang tempo hari ikut mendukung Pasar Oji, jelantah tidak seburuk yang dipikirkan masyarakat. Tapi dengan syarat harus ada perlakuan yang tepat. Misalnya dengan dimanfaatkan sebagai biodiesel untuk pembangkit listrik. Atau bisa juga digunakan sebagai sabun cuci alat dapur.

Sedekah jelantah malang

Catur (kanan) saat berdiskusi dengan pengunjung Pasar Oji. Image: Ito

“800 ml jelantah ditambah bahan lain, misalkan sere, bisa menjadi sekitar 30 batang sabun cuci alat dapur”, ungkap Ibu Catur.

Sampai sejauh ini, aksi peduli jelantah tetap berjalan dengan metode pengumpulan manual. Ada beberap titip pengumpulan jelantah di Kota Malang. Dadi beberapa titik tersebut akan dikumpulakan di titik pusat.

Pusat pengumpulan akan menyalurkan ke daerah Kondang Merak, Daerah Malang selatan (Kabupaten Malang bagian selatan). Daerah tersebut minim listrik.

Jika ingin terlibat dalam aksi sedekah jelantah, bisa menghubungi Ibu catur 082232741140.

Aksi sedekah ini memang berjalan, tapi masih belum terlalu menjangkau masyarakat luas. Hal ini terkendala dengan sistem pengiriman yang ditanggung oleh pemilik jelantah. Mereka harus rela dan mau mengantarkan sendiri ke titik pengumpul. Atau membayar jasa pengiriman untuk mengantar jelantah.

Sebenarnya, sedekah jelantah ini bisa menjadi bisnis menjanjikan apabila dikelola dengan baik. Jadi sistemnya bukan hanya berupa sedekah, namun sistem jual-beli. Bahkan, di tangan anak muda kreatif, bisa menjadi bisnis berbasis digital. Jual – beli nya menggunakan aplikasi.

Pemanfaatan jelantah sebagai biodesel ini juga sesuai dengan isu terkini terkait menipisnya energi minyak bumi dan energi alternatif yang mudah diperbaharui.