Petani organik modal telaten bisa jadi raja. Sepertinya berlebihan, bagaimana bisa petani jadi raja. Yaa, jawabnya bisa. Bukan raja seperti raja sebuah negara atau pemerintahan, tapi ini adalah raja dari bisnis pangan.
Berawal dari sebuah percakapan petani organik dengan pedagang sayur organik di kebun organik yang terletak di pinggiran kota Malang. Dengan logat Malang mereka bercakap tentang prospek sayur organik.
Petani organik sudah berusia 60an, sedangkan pedagang organik berusia 30an. Perbedaan usia ternyata masih membuat percakapan mereka hidup, seolah tanpa batas usia, tanpa ada rasa sungkan antar keduanya, dan seolah tanpa ada perbedaan pendidikan antara mereka.
“Pak, enak ya jadi petani organik? Dicari orang tiap hari. Tiap ada orang nyari, kebanyakan pedagang sayur kayak saya. Dan tentu bayar ke Bapak”, ungkap pedagang sayur.
“Itu yang kamu lihat sekarang nak. Saya dulu memulai usaha sayur organik penuh derita. Mulai kehilangan pekerjaan, gagal panen, dan bahkan ditipu orang”, jawab petani organik.
Cerita berlanjut lebih mendalam dengan pertanyaan dari pedagang sebagai ungkapan rasa penasaran dibalik keberhasilan petani organik. Petani organik tersebut merupakan satu dari puluhan anggota kelompok tani organik yang berdiri dan eksis di tahun 2007 silam.
“Ditipu orang bagaimana pak?”, lanjut pedagang.
Dengan nada merendah seolah tanpa amarah, petani menjawab, “dulu saya pernah diajak membuat kelompok tani organik sama orang sekitar sini dan saya mau menerima ajakannya. Sampai berbulan-bulan hasil panenan saya setorkan, tapi banyak yang tidak dibayar. Saya tekor karena harus bayar kuli tani juga. Saya jadi petani organik dibantu istri saya. Istri sampai sakit karena nyuci sayur dengan jumlah berkilo-kilo tiap harinya.”
Pedagang menimpali dengan sedikit candaan, “Ah itu masa lalu Pak, toh sekarang bisa jadi raja sayur organik kok. Di kota Malang hanya Bapak dan satu petani lain yang fokus dan memperjuangkan pertanian organik. Belum ada pesaingnya selama 10 tahun ini Pak. Kalaupun ada, mereka paling hanya berdiri sebentar, tumbang, gak berani bangun. Paling hanya menggebu-gebu untuk dapat bantuan dari dinas pertanian. Setelah itu buyar kelompoknya. Beda dengan Bapak yang mengabdikan hidup jadi petani organik modal telaten.”
Dengan cara bicara layaknya petani, petani membenarkan celoteh pedagang, “Iya memang hampir semua seperti itu. Saya termasuk korban orang-orang yang hanya fokus pada hasil berupa uang, bukan pada minat dan proses”.
Obrolan berhenti karena sayur sudah siap di angkut oleh pedagang.
Berdasarkan obrolan petani dan pedagang sayur organik, dapat diambil beberapa hal positif terlebih yang berhubungan dengan usaha sayur organik.
Pertama, usaha sayur organik tidak mudah terutama dibidang budidaya alias jadi petani. Petani bisa dapat uang kalau ada konsumen. Kalau petani menyalurkan barang langsung ke konsumen, memang bisa tapi budidaya akan terganggu. Alternatifnya, petani harus bekerja sama dengan pedagang. Yang perlu ditekankan, sebagian besar pedagang memiliki sifat ingin untung sebesar-besarnya dan kerugian seminim mungkin. Kalau petani tidak punya bargaining position yang kuat, jelas pedagang akan ambil kesempatan menekan keuntungan petani demi meningkatkan keuntungan pribadi.
Kedua, sebuah usaha, dalam hal ini terutama adalah pertanian organik, butuh niatan kuat untuk terus melangkah, karena banyaknya rintangan dalam menjalankannya. Misalnya konsumen yang spesifik, hanya mereka yang sadar kesehatan, dan kelas ekonomi menengah atas yang mau sayur organik. Belum lagi masalah gagal panen terutama waktu musim penghujan.
Baca juga: pertanian organik dan non organik, serupa tapi tak sama
Ketiga, hanya modal telaten, petani organik bisa jadi raja. Telaten untuk belajar bagaimana bersikap atas kegagalan. Jadi hanya petani yang memiliki budaya belajar tinggi yang bisa jadi raja dalam rantai bisnis usaha pangan.
Keempat, usaha sayur organik jangan memulai dengan bayangan uang, tapi mulai dengan rasa cinta dan suka serta hobi. Dengan rasa cinta, tentu akan berusaha mati-matian demi berhasilnya usaha tersebut.
Dengan prospek usaha sayur organik tersebut, ini menjadi kesempatan bagi muda-mudi untuk menjadi petani, khususnya petani organik. Selama sepuluh tahun, mulai 2007, di kota Malang, muncul kelompok-kelompok petani organik dari berbagai golongan, tapi hanya berusia sebentar-sebentar. Bisa dikatakan bahwa usaha budidaya sayur organik tanpa saingan, tapi tingkat kesulitannya tinggi. Untuk mendalami bidang ini, yang harus selalu diingat adalah petani organik modal telaten saja yang bisa berhasil.
Mantab..
Oke kang. Heehe