Membajak sawah dengan sapi. Waktu itu, tahun 2000 ke bawah masih didominasi bajak tenaga sapi. Bikin kangen. Sayangnya sekarang hanya tinggal kenangan. Saat saya berkunjung ke area persawahan, pemandangan itu tak lagi tampak di hamparan sawah. Sekarang hanya deru mesin traktor yang terdengar dan berlomba sahut-sahutan dengan traktor lain. Beda dengan saat itu, dimana membajak sawah menggunakan tenaga sapi. Alat bajak yang digunakan terbuat dari kayu dan ditarik dengan memanfaatkan tenaga dua ekor sapi.

Membajak sawah dengan sapi

Alat bajak tradisional yang ditarik menggunakan sapi: beberapatulisan.blogspot.com

Karena menggunakan tenaga sapi, jelas memakan waktu lama dalam mengerjakannya. Itu alasan mengapa mulai digantikan oleh mesin traktor. Cepat selesai, cepat tanam, dan cepat panen menjadi harapan semua orang. Traktor menjawab semuanya.

Meski bajak sapi lambat, ada beberapa keunikan yang tidak ditemukan dalam bajak mesin (traktor).

Membajak sawah dengan sapi tidak mencemari lingkungan.

Limbah yang dihasilkan sapi adalah feses dan air kencing. Saat digunakan untuk membajak, sapi biasanya mengeluarkan kotoran tersebut dan berceceran di lahan. Limbah tersebut akan mudah terurai karena merupakan limbah organik. Hal ini tentu beda dengan limbah traktor yang berupa gas hasil pembakaran bahan bakar minyak. Limbah traktor ini akan terlepas ke lingkungan dan mencemari lingkungan hingga dapat menyumbang perusakan lapisan ozon.

Membajak sawah dengan sapi lebih hemat energi.

Energi yang digunakan adalah energi sapi yang didapatkan dari makanan sapi, yakni tumbuhan. Tentu hemat bukan, tanpa harus mengeluarkan uang membeli pakan sapi. Kalau traktor perlu BBM yang harus beli terlebih dahulu.

Membajak sawah dengan sapi lebih bagus hasilnya.

Ini yang saya dengar dari petani yang masih anti traktor. Mereka memilih sapi karena hasil lebih bagus. Alat bajak yang ditarik sapi menjangkau kedalaman tanah yang tidak terlalu dalam dibanding traktor. Sehingga gumpalan tanah yang dihasilkan tidak terlalu besar. Kondisi tanah ini yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Membajak sawah dengan sapi melatih komunikasi dengan makhluk hidup.

Membajak sawah dengan tenaga hewan ini tidak bisa instan. Diperlukan latihan untuk mengasah keterampilan sapi agar memahami bahasa pak tani. Di daerah Tuban ada beberapa bahasa komunikasi yang digunakan petani untuk memberi perintah sapi melakukan tindakan seperti belok kiri, belok kanan, maju, berhenti. Bahasa tersebut antara lain jak-jak, her, his, go. Mirip dengan bahasa asing. Asal-usul bahasa tersebut masih simpang siur. Bisa jadi pengaruh bahasa jaman penjajahan dulu. Bahkan ada juga pak tani yang menggunakan nyanyian merdu saat memandu sapi menarik alat bajak. Masyarakat Tuban menyebutnya “ngglenggeng”. Tujuannya untuk membuat sapi nurut dan bisa fokus membajak sebaik mungkin.

Waahh.. Keren kan membajak sawah dengan sapi? Mau coba?