kudis menyerang kulit dan menyebabkan rasa gatal

(Kudis yang sering menggerogoti kulit santri di pesantren. Foto: obatgatalampuh.com)

 

Kudis merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang dalam bahasa jawa sering disebut gudik. Penyakit ini juga memiliki nama yang lebih keren yaitu scabies. Adapun penyebab penyakit ini adalah jenis kutu Sarcoptes scabiei. Kutu tersebut menginfeksi permukaan kulit (epidermis), kemudian membuat lubang hingga melukai lapisan kulit yang lebih dalam (dermis). Efek yang ditimbulkan jika sudah menginfeksi dermis adalah rasa gatal yang berlebih, terdapat bercak merah dan sering ada nanah di dalam bercak tersebut.

Hingga saat ini, penyakit kudis masih suka bersarang di pondok pesantren, terutama pondok pesantren yang sudah banyak santrinya. Apalagi jenis pondoknya yang masih menggunakan peraturan jaman old , dimana puluhan santri tidur dalam satu ruang saja.

Pondok yang menerapkan kebiasaan tidur seperti ini memiliki dasar pemikiran tersendiri yang sudah diyakini akan membawa banyak manfaat untuk santri. Salah satu manfaatnya adalah terjalinnya tali persaudaraan antar santri tanpa pandang rambut. Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil  akan merasakan tidur bersama-sama dengan kondisi kamar yang sama. Kondisi tersebut akan menimbulkan jiwa sosial yang tinggi di kalangan santri.

Pemikiran tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun dari segi kesehatan, masih perlu dipikirkan kembali. Kondisi tidur dalam satu ruangan yang berjubal  dengan banyak santri, dapat mempercepat penularan berbagai penyakit, termasuk kudis.

Meskipun ada santri yang bisa menjaga kebersihan badan dan pakaian, namun peluang untuk tertular masih besar. Karena penularan penyakit kutu tersebut dapat melalui berbagai perantara. Misalnya alas tidur, bantal yang digunakan oleh santri yang terjangkit sakit kulit. Atau melalui air mandi yang terkontaminasi  penyakit kudis dari penderita, kemudian digunakan oleh santri yang sehat.

Saat ditemui penulis, Aufa yang merupakan santri pondok di kota Malang mengungkapkan, “pakaian saya sudah bersih karena dicuci dirumah oleh ibu saya. tapi masih tertular gudik”. Namun sakit yang dideritanya tidak bertahan lama, karena langsung dapat tanggapan dari keluarga dengan cara di bawa ke dokter.

Hal serupa juga di alami oleh teman sekelas Aufa. Tampak dari luar, sakit kudisnya sudah lumayan parah. Lukanya besar-besar, sudah sampai ke selangkangan katanya. Bahkan ketika sekolah dia hanya menggunakan sarung. Jika menggunakan celana, akan semakin gatal. Mungkin karena semakin lembab, dan mudah tergesek oleh celana.

Penyakit kudis yang banyak bersarang di pondok perlu kajian dan penelitian lebih dalam untuk menemukan solusi yang paling tepat. Hal tersebut untuk menjaga kesehatan jasmani santri. Kondisi fisik yang sehat akan menambah fokus santri dalam menimba ilmu di pondok.

Alternatif penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain, membatasi jumlah santri dalam tiap kamar. Misal 2-3 santri saja. Semakin sedikit jumlah santri, maka pencegahan penularan juga akan semakin mudah. Ketika ada satu santri terjangkit, dapat langsung mengisolasinya sehingga tidak merembet ke santri lainnya.

Kamar untuk santri sebaiknya yang menghadap sinar matahari pagi. Sinar matahari pagi sangat bagus untuk mengurangi kelembapan kamar. Hangatnya sinar matahari dapat menghambat perkembangbiakan organisme penyebab penyakit termasuk kutu kudis.

Jika hunian santri berupa rusun/ tingkat, posisi kamar tidur sebaiknya di lantai paling atas. Kamar yang berada paling atas akan lebih mudah dijangkau sinar matahari dibanding lantai bawah.  Kontrol kesehatan dari puskesmas secara berkala juga perlu dilakukan untuk mengetahui sejak dini kesehatan santri.

Semoga bermanfaat postingannya. Bagi anda yang ada niatan untuk mondok, jangan ragu ya. Sekarang sudah mulai banyak pondok yang bebas dari kudis karena memperhatikan kebersihan dan kenyamanan santri. Berani mondok, hebat.