Jamur barat merupakan jamur yang sulit dibudidayakan. “Sulit bukan berarti tidak bisa”. Barangkali itulah yang menjadi dasar pemikiran Khoirul Anwar, mahasiswa pasca sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) yang kini masih melakukan penelitian jamur rayap. Penelitian tersebut merupakan penelitian lanjutan ketika menempuh kuliah di Univesitas Negeri Malang (UM) beberapa tahun lalu. Jamur yang memiliki nama ilmiah Termitomyces tersebut membuat Anwar penasaran bagaimana cara membudidayakannya.
Perlu diketahui bahwa di Indonesia masih belum ada pembudidaya jamur tersebut. Padahal jamur tersebut memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan jamur tiram yang merajai pasar saat ini. Nilai gizi jamur barat juga tidak kalah dengan jamur tiram. Bahkan jenis jamur ini ada yang berfungsi sebagai obat. Jika dihadapkan pilihan antara jamur tiram dan jamur barat, kemungkinan masyarakat akan memilih jamur barat.
Ketika masih kuliah Strata 1 (S1) di Malang, Khoirul Anwar melakukan uji coba sederhana untuk membudidayakan rayap. Awalnya mengambil beberapa ekor laron kemudian di letakkan dalam wadah dan di beri kapas sebagai makanan. Selanjutnya laron melakukan perkawinan dan bertelur hingga menetas menjadi rayap. Rayap tersebut dijadikan objek penelitian karena jamur barat tumbuh di alam dengan bantuan rayap. Dimana ada jamur yang tumbuh pasti ada sarang rayap di bawahnya. Sarang tersebut menandakan ada aktivitas rayap yang menghasilkan material pendukung kehidupan jamur barat.
Baca Juga: Termitomyces, Jamur yang Sulit Dibudidayakan
Apa yang dilakukan Anwar memang terlihat nyleneh karena sudah jelas-jelas sangat sulit dibudidayakan. Meski demikian, penelitian tersebut patut diacungi jempol karena bisa menyumbangkan ilmu baru di bidang pertanian. Terlebih jika berhasil budidaya secara masal, maka dapat menyumbangkan jenis pangan baru yang bermanfaat untuk masyarakat.
“Kesulitan yang saya alami adalah isolasi dan pembentukan primordia. Saat ini baru berhasil mengisolasi nodul dan tubuh buah. Kalau isolasi spora belum bisa,” ungkap mahasiswa asal Pasuruan tersebut.
Meski kesulitan dalam tahapan isolasi, Anwar tetap optimis akan bisa memecahkan masalah tersebut. Dia yakin dengan kerja kerasnya dan didampingi dosen yang handal di bidangnya, akan berhasil sesuai dengan tujuannya. Meski kini sudah mendekati masa-masa kelulusan, dia selalu memanfaatkan setiap momen untuk mengembangkan penelitiannya yang berhubungan dengan jamur barat, termasuk mempublikasikan hasil penelitiannya ke jurnal.
Tindakan Anwar tersebut semestinya ditiru oleh mahasiswa lain, terutama jurusan pertanian. Sampai saat ini lulusan pertanian dari berbagai universitas di Indonesia banyak yang kerja di bidang selain pertanian. Tidak sedikit dari mereka yang bekerja sebagai pegawai bank. Seakan-akan tanpa beban dan malu dengan ijazah yang didapatkannya. Padahal kontribusi mereka sangat dinanti-nanti oleh semua lapisan masyarakat.
Jamur barat rasanya enak dan ada kenyal-kenyalnya, biasa ditemukan di pematang sawah,belakang rumah alias barongan dan hutan , saat musim hujan banyak sekali jamur jenis ini di desaku
Sayangnya belum ada yang bisa budidaya kang
jamur favorit. sayange no hpku gor ketok separo tulisane.
Hp ne eror mas.haaha
semangat yang luar biasa untuk mahasiswa ini untuk melakukan penelitian, dengan adanya inovasi dibidang pertanian selalu tumbuh.
Andaikan semua mahasiswa kayak gini. Cepat maju indonesia ini
saya juga hobi bener jamur satu ini, baru tau nama ilmiah nya.
pak khoirul anwar mungkin perlu meniliti 2faktor.
gundukan rayap sebagai media.
dan kandungan air hujan,
dan selain itu, tentunya suhu dan humidity.
semoga berhasil