Pelajar merupakan setiap orang yang belajar baik itu di lembaga formal maupun nonformal. Kemajuan aspek kehidupan ditentukan oleh kualitas pelajar. Termasuk juga aspek lingkungan, yang sampai saat ini masih kurang terjaga. Berdasarkan pengamatan, siswa-siswi di sekolah/ madrasah masih rajin membuang sampah sembarangan. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis selama menjadi pendidik kurang lebih lima tahun.
Ketika para pelajar duduk-duduk sambil makan atau minum jajanan, di situ akan dijumpai sampah bekas makanan dan minuman. Dengan wajah penuh keacuhan mereka dengan santainya menjatuhkan bungkus makanan yang sebagian besar berupa plastik.
Yang lebih parah lagi, murid di lembaga formal tersebut suka meletakkan bungkus makanan dan minuman di laci meja mereka. Sampah-sampah tersebut tak jarang menjadi penyebab berbagai serangga seperti semut, kecoak, lalat, dan nyamuk bersarang di laci meja. Meski ada sekolah yang melarang muridnya membawa makanan dan minuman ke dalam kelas, namun yang namanya siswa jaman now, ya begitulah mereka. Banyak ide untuk melanggar aturan. Ribuan aturan disiapkan, jutaan ide pelanggaran akan bermunculan. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk tingkah kids jaman now.
Kasus lain yang sering terjadi adalah membuang bahan sisa melalui jendela atau ventilasi, dan kadang menyelipkannya dalam sela-sela atau lubang yang ada di sekitar mereka. Hebat bukan aksi mereka. Meskipun tiap kelas sudah disediakan tempat sampah, tetap saja mereka malas beranjak dari tempat duduk dan menuju tempat sampah.
Memang kebiasaan yang diuraikan di atas terlihat sepele. Namun, jika dibiarkan dalam waktu yang lama akan menjadikan mereka menjadi generasi perusak, perusuh, tidak peduli. Bukan tidak mungkin suatu saat mereka akan membuang barang sisa ke sungai sehingga membuat air sungai tercemar dan bisa menyebabkan banjir. Banjir menyebabkan berbagai kerugian masyarakat sekitar. Mulai penyakit, kehilangan rumah, kehilangan nyawa.
Lalu siapa yang bertanggung jawab untuk menyadarkan mereka? Guru, orang tua siswa, masyarakat? Yaaaaa…. semua orang tentunya, termasuk pelajar itu sendiri. Mengajarkan mereka untuk peduli terhadap lingkungan dimulai dari satuan pendidikan terkecil, yakni keluarga. Anak dapat diajarkan meletakkan sampah pada tempatnya dan memungut sampah dapat ditanamkan sejak kecil.
Sekolah/madrasah biasanya mengajarkan pendidikan karakter cinta lingkungan dengan mengadakan kegiatan kerja bakti bersih-bersih, piket kelas, lomba kebersigan kelas, sanksi terhadap pelaku pembuangan sampah yang semena-mena. Sanksi dapat berupa teguran, atau poin pelanggaran.
Pemerintah juga sudah semestinya ambil bagian dalam pendidikan cinta lingkungan. Langkah yang ditempuh untuk mengajarkan ilmu cinta lingkungan antara lain mengadakan kegiatan Green School Festival antar sekolah/madrasah, pendirian Bank Sampah, kerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan pengolahan sampah yang baik, penyediaan tempat sampah yang sudah dikelompok-kelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya.
Jangan pikir panjang kapan mau action mengajarkan anak cinta terhadap lingkungan. Mulai dari sekarang, sebelum terlambat. Lebih baik sedia payung sebelum hujan. Jadikan anak-anak sebagai generasi emas yang cinta lingkungan.
Yups, tindakan paling utama adalah pembiasaan. Karena peraturan dlm lingkungan sekolah atau pesantren utk kebersihan lingkungan tentu sudah diadakan. Dan yang paling berpengaruh adalah contoh dari pemegang kewenangan, dan tentu tidak lelah para guru dan lainnya untuk terus mengingatkan disela pelajaran atau waktu luang. Tanpa pembiasaan dan suri tauladan akan sia-sia peraturan dibuat seperti apapun.
Wah betul ustadz. Matur suwun dawuhipun. Haahaa
Masih perlu budaya disiplin buang sampah pada tempatnya
Iya. Betul. Harus dimulai pembiasaan dari yg sederhana dulu
Biasa meremehkan hal kecil, nantinya tidak baik…ok
Awalnya meremehkan yang kecil. Lama-lama meremehkan yang besar kang