Jaman yang serba instan dan mudah ini, ibu mana yang mau repot? Tentu tidak ada. Apalagi soal mengurus bayi, sudah bukan jamannya lagi menggunakan popok kain yang bisa dicuci. Ribet nyucinya. Disamping jijik membersihkan kotoran bayi yang keluar dengan frekuensi yang tidak bisa diprediksi, juga butuh waktu lama untuk mencuci popok. Ibu-ibu jaman sekarang, tentu sudah beralih ke popok sekali pakai atau diapers. Memang, penggunaan diapers sangat efektif terutama bagi Mommy yang banyak aktivitas atau pekerja. Namun, sekarang Mommy wajib tahu lho dampak diapers terhadap lingkungan sekitar. Apa ya bahayanya. Simak paparan kami tentang dampak diapers ini ya Mommy.
Dampak diapers tidak bisa dibendung lagi, terutama dampak negatifnya. Bahan popok bayi yang terbuat dari serat sintetis dan juga gel yang mampu menyimpan air dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Menurut beberapa referensi, diapers bisa terurai sempurna di atas 100 tahun. Bahkan ada yang mengatakan bahwa proses penguraian popok bayi bisa memakan waktu sekitar 500 tahun. Wow… butuh waktu lima abad hanya untuk menguraikan diapers. Belum lagi sampah jenis lain. Merana nasib alam kita ini.
Salah satu dampak diapers adalah pencemaran tanah. Struktur tanah menjadi rusak karena bahan diapers sangat sulit terurai. Itu kalau dibuang ke tanah. Kalau ke sungai bagaimana? Banyak yang dirugikan tentunya. Kalau menumpuk dan menyebabkan penyumbatan, bisa menyebabkan banjir. Atau pendangkalan sungai. Bahkan saluran irigasi juga rawan menjadi jujugan pembuangan sampah diapers yang berakibat sampainya popok bayi pada area persawahan. Hal ini berdampak pada pencemaran sawah petani dan mengganggu ekosistem sawah. kalau dibuang ke laut, juga merusak ekosistem laut, terutama ikan.
Selain bahan diapers yang sulit terurai, kandungan limbah bayi yang tertampung dalam diapers juga berbahaya bagi lingkungan sekitar. Adapun limbah pada popok adalah feses dan air kencing. Feses atau tinja banyak mengandung bakteri E. Coli yang dapat menyebabkan diare. Air kencing juga perlu diwaspadai terutama bagi bayi yang menderita penyakit tertentu. Bisa dibayangkan banyaknya dampak negatif penggunaan diapers bagi lingkungan.
Jika penggunaan diapers se-Indonesia tersebut dikalkulasi selama setahun dan dikumpulkan di satu tempat, bisa-bisa tercipta pulau popok. Rata-rata bayi menggunakan diapers mulai usia 1 hari sampai usia 3 tahunan. Satu bayi dalam sehari minimal menghabiskan popok sebanyak 2 buah. Kalau sebulan berarti 60 buah. Setahun berarti 720 buah. Kalau ada 1 juta bayi berarti dalam setahun terkumpul 720 juta popok. Menggunung bukan? Belum lagi kalau ada bayi yang pergantian diapersnya lebih dari dua kali sehari.
Kehadiran diapers juga tidak dibarengi dengan bagaimana cara daur ulang atau cara memusnahkannya dalam waktu singkat. Beginilah negara kita. Segala sesuatu yang dapat menghasilkan uang, akan mudah diterima begitu saja meskipun dampak negatif membayangi di kemudian hari. Pemerintah juga tidak memiliki upaya jitu dalam menanggulangi membludaknya popok bayi sekali pakai tersebut.