Mandiri karena bisnis tampaknya tidak banyak yang bisa melakukannya. Apalagi bagi perempuan muda. Kebanyakan hanya kuliah setinggi-tingginya sambil duduk manis menanti kiriman atau beasiswa dan fokus mendapatkan IPK cumloude. Hal ini bertolak belakang dengan Sinta yang berani ambil resiko untuk telat lulus demi menjalankan usaha keluarga.

Dikutip dari akun blog milik Sinta, rumahsinta.blogspot.com, tertulis bahwa ia pernah membangun bisnis kafe semasa kuliah. Namun usaha tersebut sempat gagal karena faktor X. Depresi menyelimuti Sinta hingga ia mengalami beberapa trauma, termasuk trauma dengan kerumunan orang dan trauma melihat marketer produk. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab kelulusan Sinta tertunda sekitar satu tahun.

Kondisi trauma seperti ini tentu membuat orang tua sedih. Bagi sebagian besar orang tua, kondisi dimana anak mengalami masalah merupakan bagian dari ujian orang tua. Hal ini tentunya juga dirasakan orang tua Sinta. Seperti bahasan tulisan salah satu Blogger dari Ronggolawe, yang mengulas tentang kehadiran anak menjadi sebuah ujian bagi orang tua.  Meskipun kehadiran anak kadang dipenuhi dengan ujian, tentu yang namanya orang tua tidak akan pernah kehilangan se-inci-pun kasih sayang ke anak. Termasuk dalam kondisi seperti Sinta saat itu, orang tua akan berusaha mensupport dan mencari obat trauma bagi anaknya.

Seperti saat itu Sinta yang juga mengalami trauma ketemu wartawan, ternyata orang tua Sinta meyakinkan Sinta untuk berani menemui wartawan yang mau wawancara terkait usaha orang tua Sinta, yaitu Siomay dengan brand khas Malang, YAMOIS (Bahasa walikan dari SIOMAY).

Mandiri Karena Bisnis, Sinta Kurangi Beban Orang Tua

(Salah satu produk andalan keluarga Sinta, Siomay ikan Yamois: yamoismart.com)

Mulai saat itu Sinta mampu menepis trauma hingga kini malah mampu mengembangkan usaha orang tua, termasuk diversifikasi produk serta menjadi tutor pelatihan yang berkaitan dengan usaha miliknya. Berkat support dari orang tua, Sinta mampu mandiri karena bisnis, dan jelas dapat membantu meringankan beban orang tua dari segi finansial.

Sikap mandiri karena bisnis tersebut kini makin diasah oleh Sinta dengan cara menjalin relasi sebanyak-banyaknya dengan pelaku usaha.Bahkan Sinta mampu membangun konsep bisnis yang terkoordinir dengan baik. Sebagai contoh, Sinta membuat program pelatihan cabut duri bandeng. Peserta ditawari untuk kerjasama dengan konsep sebagai berikut. Sinta menyediakan ikan bandeng yang belum dicabut duri. Peserta yang mau kerjasama untuk mencabut durinya akan dibeli lagi oleh sinta. Jadi istilahnya tidak ada kata rugi bagi peserta yang akan kerja sama, karena kulak bandeng tentu sesuai kebutuhan Sinta saja, sehingga pasti habis dibeli oleh Sinta lagi.

Sikap mandiri karena bisnis seperti Sinta ini perlu dikembangkan terutama di Universitas. Lambat laun, universitas akan menyumbang angka pengangguran bertitel sarjana dengan jumlah yang banyak jika tidak dibekali dengan ketrampilan wirausaha untuk go mandiri.