Kesejahteraan Pangan Di Indonesia, Impianku Hingga Kini

Kesejahteraan pangan di Indonesia, sebuah angan yang mulai tertanam di benakku sejak kecil. Melihat emak bapak yang jungkir balik di bidang pangan. Mereka petani sejati. Tidak pernah sekalipun beralih pekerjaan, sekalipun hasil panen tidak berpihak.

Berangkat ke ladang setelah subuh. Pulang menjelang dhuhur. Balik lagi setelah ashar dan pulang menjelang maghrib. Kembali beraktivitas setelah Isya’ hingga larut malam.

Dibanding pekerja lain, buruh bangunan misalnya, memang hasil pertanian sangat jauh tertinggal. Tapi orang tua  tetap mengikuti nurani mereka: jadi pejuang pangan

Saya saat ini mengikuti jejak orang tua mewujudkan kesejahteraan pangan di Indonesia

Saat ini saya juga menjadi petani. Tentu dengan skema bisnis yang lebih modern. Orang tua tinggal di desa. Saya tinggal di kota. Jadi, konsep berbeda meski sama-sama berjuang di bidang pangan.

Orang tua bertani secara konvensional. Menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Penjualan hasil panen juga ke tengkulak, bahkan sistem ijon. Saya menggunakan skema baru. Menanam dengan konsep urban farming. Memanfaatkan lahan sisa atau lahan tidur di sekitar, tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Atau yang lebih akrab dengan sebutan organik.

Sistem penjualan pun tidak ke tengkulak. Melainkan dijual langsung ke konsumen, resto, hotel, ataupun ke reseller. Menggunakan kemajuan teknologi internet atau biasa disebut digital marketing.

Bersama tim membuat toko organik online dibantu media sosial dalam pemasarannya. Hasilnya pun lumayan jauh dibanding sistem yang dipakai orang tua.

Permasalahan terkini tentang kesejahteraan pangan

Saat ini terjadi masalah global, termasuk di Indonesia, dimana produsen pangan  (petani) dengan usia muda semakin menurun jumlahnya. Hal ini tentu akan berdampak pada regenerasi yang akan melanjutkan estafet pertanian.

Jika dibahas lebih jauh, intinya pertanian mengalami masalah serius yakni kurangnya generasi penerus. Hal ini akan mengancam ketersediaan bahan pangan di Indonesia. Bisa-bisa sebutan negara agraris juga akan sirna. 

Yang lebih parah lagi, Indonesia bisa ketergantungan impor produk pertanian. Seperti jagung dan kedelai yang masih tergantung pada impor. Masalah lain adalah mulai menipisnya lahan pertanian karena berubah jadi hunian. Hal ini juga akan berdampak pada kuantitas produk yang dihasilkan, hasil pertanian akan semakin berkurang.

berdasarkan kedua alasan tersebut, maka sangat dibutuhkan peran generasi muda untuk ikut membenahi kondisi pertanian sebagai lumbung pangan di Indonesia.

Rekam Jejakku Di Bidang Pangan

Sejak tiga tahun yang lalu, saya menapaki usaha sayur organik berbasis online. Hingga saat ini saya punya kebun sayur organik sendiri dengan luas sekitar 1000 meter persegi. Selain itu juga sudah punya beberapa mitra tani organik. 

Sejak menjalani usaha organik tersebut, saya beberapa kali menjadi narasumber tentang pertanian organik. Beberapa diantaranya di Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), PT Solusi Bangun Indonesia, PKK di Kota Malang, dan lainnya.

Selain itu, juga sudah ada beberapa kali ada mahasiwa magang ditempat saya dan juga penelitian skripsi/ tesis. Biasanya dari jurusan agribisnis maupun agronomi. Beberapa diantaranya dari Universitas Brawijaya Malang, Universitas Widya Karya Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Malang, Institut Pertanian Bogor.

Kegiatan yang terbaru saya adalah ikut meramaikan program Kampung Tangguh Mandiri yang diadakan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Kota Malang, tentunya juga berkaitan dengan bidang pangan. Alhamdulillah ikut menyumbang nilai hingga kelurahan tempat saya berada dapat juara 2 se Kota Malang.

Kemudian, program selanjutnya yang masih terus berjalan adalah menyemarakkan program urban farming yang dicanangkan pemerintah kota Malang. Bersama rekan-rekan kader lingkungan dan juga teman-teman yang bergerak di bidang organik. 

Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yang saya lakukan terkait bidang pangan. Jika ingin melihat lebih banyak tentang kegiatan saya bisa di lihat di instagram dan galeri kegiatan saya berikut. Bisa juga berkunjung ke toko online produk pertanian organik.

Saya ingin jadi pemimpin yang bisa mewujudkan kesejahteraan pangan di Indonesia

Dari kegiatan-kegiatan yang sudah saya ikuti di bidangan pangan, saya punya mimpi baru: ingin menjadi seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin memiliki peran strategis untuk menentukan kebijakan. Saya akan mengajak masyarakat untuk membantu mewujudkan kesejahteraan pangan di Indonesia. Mungkin bisa saya mulai dari unit terkecil, keluarga, lingkup RT, RW dan seterusnya.

Dalam mewujudkan keinginan tersebut, sebenarnya konsep yang ingin saya tawarkan tidaklah sulit. Mulai dari swasembada bahan makanan tertentu yang fluktuasi harganya tidak terkontrol, cabai misalnya.

Saya ingin mengajak masyarakat untuk menanam cabai sesuai kebutuhannya. Tidak harus banyak. Mungkin hanya 5 pohon saja tiap rumah. Kalau ada badai kenaikan harga cabai yang mencapai ratusan ribu, biar tidak terdampak.

Selain itu, saya ingin mengajak masyarakat menanam pangan yang aman untuk dikonsumsi. Pangan yang aman adalah pangan yang terhindar dari kontaminan, terutama yang berasal dari bahan kimia sintetis akibat penggunan berbagai jenis pestisida.

Bahan pangan yang aman dikonsumsi terutama yang dibudidayakan secara organik. Tidak menggunakan bahan kimia dalam budidayanya baik itu pupuk, pestisida, dan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan tanaman. Jadi semua faktor pendukung kehidupan tanaman berasal dari bahan alami.

Semoga kesejahteraan pangan di Indonesia bisa saya wujudkan.